
Aksi menuntut NKRI tuntaskan Pelanggaran Ham berat di Paniai Papua.Foto Dok. Facebook.Douw Papua Amoye .
Bagi nyawa yang masih tersisah di Tanah Papua dari cengkraman TNI/POLRI, mungkin sudah habis airmata meratapi berbagai kepedihan dan derita rakyat di seantero Bangsa
Kita Tanah Papua, yang mati tersiakan akhir-akhir ini. Masih nyata didepan pelupuk
mata, para korban hingga di tembusi peluruh-peluruh panas oleh TNI/POLRI Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, dapatlah kita katakan bahwa perjalanan bangsa dewasa ini belum beranjak dari tragedi ke tragedi. Tercatat korban yang mati percuma dari semua itu berjumlah ribuan orang dari tahun ke tahun bahkan dari hari ke hari di Bangsa Kami Tanah Papua ini. Sampai sekarang, tanda-tanda kearah usainya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak pihak untuk mengakhiri konflik horizontal, nyatanya bukan menurunkan jumlah korban, bahkan korban terus bertambah dan jurang pertikaian semakin jauh dari perdamaian. Sementara pihak yang bertikai, tidak memperdulikan berbagai himbauan dan keprihatinan masyarakat lainnya yang tidak menghendaki konflik berkepanjangan. Mungkin sulit dibayangkan bagaimana perasaan mereka yang dihadapannya bergelimpangan mayat berupa tubuh-tubuh yang di tembusi oleh peluruh dan pembantaian terhadap keluarga dan banyak rakayat, sementara mereka tidak jelas benar apa kesalahannya. Hal itulah yang tengah berlangsung menimpa saudara-saudara kita di Tanah Papua, ironisnya, dilakukan oleh TNI/POLRI dan Pemerintahan RI. Mengapa hal seperti ini tidak bisa dihentikan…? Hingga kapan perilaku yang tidak manusiawi ini akan berakhir dan tidak akan berulang lagi ditengah masyarakat Tanah Papua. Tragedi Kemanusiaan Setiap peristiwa yang menelan korban dalam jumlah besar pada suatu kurun waktu tertentu dapat kita sebut sebagai Tragedi Kemanusiaan. Keadaan tersebut acapkali menimbulkan keharuan, tangis dan kesedihan, manakala korban yang jatuh adalah mereka yang tidak berdosa. Tragedi kemanusian dapat diakibatkan oleh, terorisme, tindak kriminal yang diluar batas kemanusiaan. Tragedi kemanusiaan diluar bencana alam dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran atas Hak Azasi Manusia. Karena menyangkut jiwa manusia yang tidak bersalah, maka banyaknya korban menjadi sangat relatif dibandingkan kualitas terjadinya kematian. Bagi bangsa-bangsa yang maju, jiwa manusia begitu sangat berharga. Perlindungan terhadap keamanan jiwa, diberikan prioritas yang tinggi melalui perlindungan hukum yang memadai. Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusian dijunjung tinggi dan mendapatkan tempat secara hukum melalui penghormatan atas HAM. Sehingga, tindak kejahatan kriminal menghilangkan nyawa manusia diluar batas kemanusiaan, dianggap sebagai pelanggaran yang keji dan harus dihukum seberatnya. Peristiwa semacam itu akan dikenang sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. Penganiayaan penduduk kulit hitam di Tanah Papua dari tahun ke tahun sampai hari ini oleh TNI/POLRI yang menyebabkan kematian dan menyulut kerusuhan rasial atau penembakan membabi buta,butiran-butiran peluruh yang menembusi tubuh-tubuh yang tak berdosa terhadap Anak-anak Sekolah,Mahasiswa dan Masyarakat serta aparat sipil, yang lebih dramatis dari itu, apa yang terjadi di Tanah Papua, pertikaian TNI/POLRI yang menewaskan ratusan orang bahkan ribuan orang di Tanah Papua. Masyarakat dunia menyebutnya tragedi kemanusian, manakala secara visual disiarkan betapa kejinya perlakuan TNI/POLRI terhadap Masyarakat Tanah Papua,TNI/POLRi membantai jiwa manusia melebihi perilaku binatang, dunia menangis memaklumkan kehendak Ilahi. Hal inilah yang menjadi pertanyaan kita, sejauhmana peran manusia dalam menghindari dan menghentikan suatu tindakan yang dilakukan TNI/POLRI diluar batas kemanusian ini. Data terakhir dari peristiwa Tanah Papua, sudah lebih dari ribuan hingga jutaan orang mati terbantai, Tragisnya, pembantaian dilakukan TNI/POLRI didepan mata aparat keamanan yang seharusnya menjaga,mengayomi dan melindungi masyarakat. Sebegitu murahkah nyawa manusia yang harus melayang dalam sekejap dengan butiran-butiran peluruh tajam TNI/POLRI terhadap masayarak Tanah Papua, karena ketidakmampuan kita menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dengan situasi seperti ini, malu rasanya bila kita masih menganggap bahwa Indonesia adalah bangsa yang sudah berperadaban dan modern. Apapun alasannya, tindakan seperti itu tidak dapat dibenarkan secara agama dan moral. Tindakan tersebut telah mengabaikan tata nilai Hukum yang berlaku, seolah kita berada di rimba belantara tanpa aturan hidup bermasyarakat. Nilai kemanusian yang adil dan beradab seolah telah lenyap oleh keganasan nafsu dan dendam manusia yang kejam. Akibatnya, orang-orang yang tak bersalah, Anak-anak sekolah, Mahasiswa, Masyarakat dan kaum perempuan menjadi korban kekejaman dari TNI/POLRI. Mereka dengan berat hati harus meninggalkan rumah-rumah dan ladangnya, yang selama ini menjadi tempat mencari kehidupannya. Seakan sebagai orang terusir, mereka diharuskan pergi dan tidak boleh kembali untuk selamanya. Makna Indonesia sebagai sebuah bangsa yang menaungi rakyatnya diseantero wilayah negeri, tidak memiliki arti lagi. Ketakutan, kesengsaraan, penindasan dan penderitaan dialami oleh rakyat Kita di Tanah Papua.
Jakarta03-04-2015
#fwp#
Kita Tanah Papua, yang mati tersiakan akhir-akhir ini. Masih nyata didepan pelupuk
mata, para korban hingga di tembusi peluruh-peluruh panas oleh TNI/POLRI Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, dapatlah kita katakan bahwa perjalanan bangsa dewasa ini belum beranjak dari tragedi ke tragedi. Tercatat korban yang mati percuma dari semua itu berjumlah ribuan orang dari tahun ke tahun bahkan dari hari ke hari di Bangsa Kami Tanah Papua ini. Sampai sekarang, tanda-tanda kearah usainya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak pihak untuk mengakhiri konflik horizontal, nyatanya bukan menurunkan jumlah korban, bahkan korban terus bertambah dan jurang pertikaian semakin jauh dari perdamaian. Sementara pihak yang bertikai, tidak memperdulikan berbagai himbauan dan keprihatinan masyarakat lainnya yang tidak menghendaki konflik berkepanjangan. Mungkin sulit dibayangkan bagaimana perasaan mereka yang dihadapannya bergelimpangan mayat berupa tubuh-tubuh yang di tembusi oleh peluruh dan pembantaian terhadap keluarga dan banyak rakayat, sementara mereka tidak jelas benar apa kesalahannya. Hal itulah yang tengah berlangsung menimpa saudara-saudara kita di Tanah Papua, ironisnya, dilakukan oleh TNI/POLRI dan Pemerintahan RI. Mengapa hal seperti ini tidak bisa dihentikan…? Hingga kapan perilaku yang tidak manusiawi ini akan berakhir dan tidak akan berulang lagi ditengah masyarakat Tanah Papua. Tragedi Kemanusiaan Setiap peristiwa yang menelan korban dalam jumlah besar pada suatu kurun waktu tertentu dapat kita sebut sebagai Tragedi Kemanusiaan. Keadaan tersebut acapkali menimbulkan keharuan, tangis dan kesedihan, manakala korban yang jatuh adalah mereka yang tidak berdosa. Tragedi kemanusian dapat diakibatkan oleh, terorisme, tindak kriminal yang diluar batas kemanusiaan. Tragedi kemanusiaan diluar bencana alam dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran atas Hak Azasi Manusia. Karena menyangkut jiwa manusia yang tidak bersalah, maka banyaknya korban menjadi sangat relatif dibandingkan kualitas terjadinya kematian. Bagi bangsa-bangsa yang maju, jiwa manusia begitu sangat berharga. Perlindungan terhadap keamanan jiwa, diberikan prioritas yang tinggi melalui perlindungan hukum yang memadai. Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusian dijunjung tinggi dan mendapatkan tempat secara hukum melalui penghormatan atas HAM. Sehingga, tindak kejahatan kriminal menghilangkan nyawa manusia diluar batas kemanusiaan, dianggap sebagai pelanggaran yang keji dan harus dihukum seberatnya. Peristiwa semacam itu akan dikenang sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. Penganiayaan penduduk kulit hitam di Tanah Papua dari tahun ke tahun sampai hari ini oleh TNI/POLRI yang menyebabkan kematian dan menyulut kerusuhan rasial atau penembakan membabi buta,butiran-butiran peluruh yang menembusi tubuh-tubuh yang tak berdosa terhadap Anak-anak Sekolah,Mahasiswa dan Masyarakat serta aparat sipil, yang lebih dramatis dari itu, apa yang terjadi di Tanah Papua, pertikaian TNI/POLRI yang menewaskan ratusan orang bahkan ribuan orang di Tanah Papua. Masyarakat dunia menyebutnya tragedi kemanusian, manakala secara visual disiarkan betapa kejinya perlakuan TNI/POLRI terhadap Masyarakat Tanah Papua,TNI/POLRi membantai jiwa manusia melebihi perilaku binatang, dunia menangis memaklumkan kehendak Ilahi. Hal inilah yang menjadi pertanyaan kita, sejauhmana peran manusia dalam menghindari dan menghentikan suatu tindakan yang dilakukan TNI/POLRI diluar batas kemanusian ini. Data terakhir dari peristiwa Tanah Papua, sudah lebih dari ribuan hingga jutaan orang mati terbantai, Tragisnya, pembantaian dilakukan TNI/POLRI didepan mata aparat keamanan yang seharusnya menjaga,mengayomi dan melindungi masyarakat. Sebegitu murahkah nyawa manusia yang harus melayang dalam sekejap dengan butiran-butiran peluruh tajam TNI/POLRI terhadap masayarak Tanah Papua, karena ketidakmampuan kita menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Dengan situasi seperti ini, malu rasanya bila kita masih menganggap bahwa Indonesia adalah bangsa yang sudah berperadaban dan modern. Apapun alasannya, tindakan seperti itu tidak dapat dibenarkan secara agama dan moral. Tindakan tersebut telah mengabaikan tata nilai Hukum yang berlaku, seolah kita berada di rimba belantara tanpa aturan hidup bermasyarakat. Nilai kemanusian yang adil dan beradab seolah telah lenyap oleh keganasan nafsu dan dendam manusia yang kejam. Akibatnya, orang-orang yang tak bersalah, Anak-anak sekolah, Mahasiswa, Masyarakat dan kaum perempuan menjadi korban kekejaman dari TNI/POLRI. Mereka dengan berat hati harus meninggalkan rumah-rumah dan ladangnya, yang selama ini menjadi tempat mencari kehidupannya. Seakan sebagai orang terusir, mereka diharuskan pergi dan tidak boleh kembali untuk selamanya. Makna Indonesia sebagai sebuah bangsa yang menaungi rakyatnya diseantero wilayah negeri, tidak memiliki arti lagi. Ketakutan, kesengsaraan, penindasan dan penderitaan dialami oleh rakyat Kita di Tanah Papua.
Jakarta03-04-2015
#fwp#
No comments:
Post a Comment