Logo GKI di Tanah Papua (Foto: Ist)
TIMIKA, SUARAPAPUA.com --- Wakil Ketua Klasis Gereja Kristen Injili (GKI) Mimika di Tanah Papua, Pdt. Moses Rumbino, meminta aparat TNI dan Polri untuk tidak menggunakan senjata dengan sembarang.
“Di saat apa dan di tempat mana yang harus menggunakan senjata dan kekerasan, itu harus dipahami, jangan asal main tembak,” ungkap Rumbino, kepada suarapapua.com, Jumat (13/14/2014). (Baca: Benny Giyai: TNI/Polri Harus Mengaku Siapa Pelaku Penembakan di Paniai)
Rumbino juga mengatakan, TNI/Polri tidak harus menggunakan cara-cara kekerasan, namun lebih baik memakai tindakan persuasif dengan cara pembicaraan atau dialog.
Katanya, kalau segala situasi hanya memakai senjata, maka yang ada hanya kekerasan dan pertumpahan darah, dan yang menjadi korban adalah masyarakat sipil.
Rumbino meminta TNI/Polri yang bertugas di Papua dapat menjalankan tugas pengamanan, bukan menakut-nakuti rakyat dengan salah menggunakan senjata.
"Senjata hanya digunakan untuk perang, bukan digunakan sembarang, apalagi untuk membunuh rakyat yang tidak bersalah," tegas. (Baca: Aparat TNI/Polri Tembak Mati Empat Warga Sipil di Kabupaten Paniai)
Mengenai kasus penembakan di Paniai, pihaknya mengatakan, kalau benar pembunuhan itu dilakukan oleh TNI/Polri, maka itu kesalahan dalam menggunakan senjata.
Katanya, pelakunya harus diberi sanksi, karena melanggar aturan penggunaan senjata dan melanggar hak hidup rakyat. (Baca: Forum Pimpinan Gereja Papua Kecam Pembantaian 5 Warga sipil di Paniai)
“Hukum harus berlaku di sini, karena manusia tidak diciptakan Tuhan untuk membunuh secara membabibuta. Ini melanggar hak hidup. Menggunakan senjata sembarang juga pelanggaran, maka harus diberi sangsi," ujar Rumbino.
Rumbino juga berharap kedepan aparat dapat menggunakan senjata pada tempatnya dan memperlakukan masyarakat secara manusiawi, bukan sikap membabibuta terhadap rakyat. (Baca: Mama-mama Papua: "Kami Lahirkan Anak-anak Bukan untuk Dibantai TNI/Polri")
Editor: Mikael Kudiai
HONARATUS PIGAI
Rumbino juga mengatakan, TNI/Polri tidak harus menggunakan cara-cara kekerasan, namun lebih baik memakai tindakan persuasif dengan cara pembicaraan atau dialog.
Katanya, kalau segala situasi hanya memakai senjata, maka yang ada hanya kekerasan dan pertumpahan darah, dan yang menjadi korban adalah masyarakat sipil.
Rumbino meminta TNI/Polri yang bertugas di Papua dapat menjalankan tugas pengamanan, bukan menakut-nakuti rakyat dengan salah menggunakan senjata.
"Senjata hanya digunakan untuk perang, bukan digunakan sembarang, apalagi untuk membunuh rakyat yang tidak bersalah," tegas. (Baca: Aparat TNI/Polri Tembak Mati Empat Warga Sipil di Kabupaten Paniai)
Mengenai kasus penembakan di Paniai, pihaknya mengatakan, kalau benar pembunuhan itu dilakukan oleh TNI/Polri, maka itu kesalahan dalam menggunakan senjata.
Katanya, pelakunya harus diberi sanksi, karena melanggar aturan penggunaan senjata dan melanggar hak hidup rakyat. (Baca: Forum Pimpinan Gereja Papua Kecam Pembantaian 5 Warga sipil di Paniai)
“Hukum harus berlaku di sini, karena manusia tidak diciptakan Tuhan untuk membunuh secara membabibuta. Ini melanggar hak hidup. Menggunakan senjata sembarang juga pelanggaran, maka harus diberi sangsi," ujar Rumbino.
Rumbino juga berharap kedepan aparat dapat menggunakan senjata pada tempatnya dan memperlakukan masyarakat secara manusiawi, bukan sikap membabibuta terhadap rakyat. (Baca: Mama-mama Papua: "Kami Lahirkan Anak-anak Bukan untuk Dibantai TNI/Polri")
Editor: Mikael Kudiai
HONARATUS PIGAI
Sumber:http://www.suarapapua.com
No comments:
Post a Comment